BEKASI, AFKNNEWS–Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) menerima kunjungan sejumlah wartawan dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jaya, Jumat (13/9/2024). Momen kunjungan bertepatan dengan pembukaan Mukhayyam Alquran dan Hadits Ponpes Nuu Waar.
Rombongan wartawan diterima langsung oleh Pimpinan Ponpes Nuu Waar KH MZ Fadzlan R Garamatan. Para wartawan sangat antusias mendengar penjelasan Kiai Fadzlan seputar sejarah dan program Ponpes Nuu Waar AFKN.
Salah satu program yang menjadi perhatian wartawan adalah bantuan pangan 1.000 ton ubi untuk warga Palestina. Kepada wartawan, Kiai Fadzlan menceritakan latar belakang bantuan pangan tersebut.

Menurut Kiai Fadzlan, warga Palestina kini tengah dilanda krisis pangan akibat peperangan. Bahkan mereka makan apa saja yang ditemui.
“Miris saya melihat dan mendengar di medsos dan berita-berita ada orang Palestina makan rumput, lumut,” kata Kiai Fadzlan.
Kemudian, bersama Global Moeslim Charity (GMC) Kiai Fadzlan menggagas program 1.000 ton ubi untuk Palestina. Dipilih ubi, karena tanaman ini mudah panen. Disamping ubi mudah dikonsumsi.

“Ubi itu aman, mudah dikonsumi dalam kondisi perang. Berkarbohidrat tinggi. Ini karena ubi punya nutrisari sangat tinggi, zat gulanya hampir tidak ada,” jelas Kiai asal Fakfak, Papua Barat ini.
Masa panen ubi relatif singkat. Butuh waktu tiga bulan, ubi bisa dipanen dan tidak membutuhkan lahan yang luas.

“Beda kalau singkong, itu bisa mencapai 6 bulan panennya,” ujar Kiai Fadzlan.
Kiai Fadzlan melanjutkan, program ini memberdayakan petani di pedesaan. “Dari target pertama pengiriman ubi sebanyak 1.000 ton, jumlah petani yang terlibat sekitar 100 Petani Relawan Pangan. Ini semua akan kita kembangkan menjadi 300 petani,” kata Kiai Fadzlan.
Untuk pengiriman ke Palestina ditargetkan pada Februari 2024, menjelang Ramadhan 1446 Hijriah.

Sementara Presiden Global Moeslim Charity (GMC) turut memberikan penjelasan kepada rombongan PWI Jaya. Menurut Ahyudin, pengiriman ubi akan menggunakan kapal laut. Ia berharap TNI dapat terlibat dan bersedia meminjamkan kapalnya agar lebih memudahkan dan menekan biaya operasional.
“Sebagai bangsa yang paling terdepan dalam urusan bantuan kemanusiaan, Saya berharap TNI dapat membantu dengan meminjamkan Kapal perangnya untuk proses pengiriman bantuan ke Palestina, daripada kita sewa berapa biayanya,” ujar Ahyudin.

Ahyudin juga mengaku telah melakukan survei perihal makanan warga Palestina. “Sebelumnya kita melakukan survei, apa yang mereka (rakyat Palestina) makan. Ternyata umbi-umbian juga mereka konsumsi,” katanya.
Menurut Ahyudin, bantuan pangan 1.000 ton ubi bisa menjadi media diplomasi Indonesia.*