Selasa, 17 Agustus 2021, Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN, Setu, Bekasi menggelar upacara pengibaran sang saka merah putih dalam rangka Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76. Upacara yang dilaksanakan di lapangan pesantren ini berlangsung secara khidmat. Bertindak selaku inspektur upacara, Presiden AFKN, Ustadz M Zaaf Fadzlan Rabbany Al-Garamatan.
Dalam pidatonya, Ustadz Fadzlan yang menyampaikan pidato berapi-api itu tampil dengan setelan jas bak Bung Karno . Berikut ini isi lengkap amanat inspektur upacara Presiden AFKN.*
Pemuda…!
Ada Di Mana…!
Indonesia…!
NKRI …!
Pondok Pesantren Nuu Waar …!
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
MERDEKA…!
Alhamdulillahi robbil ‘alamiin. Kepada Allah Subhanhu wa Taála. Tuhan Yang Maha Kuasa. Di dalam perjalanan usia kemerdekaan Republik Indonesia. Atas perjuangan para pejuang, para pahlawan. Mereka gugur sebagai syuhada bangsa dan negara. Hari ini mereka menitipkan sebuah negara besar yang bernama INDONESIA.
Alhamdulillah pada hari ini setelah mereka melewati 350 tahun dalam kurungan penjajah, terbukalah hati mereka bahwa kita harus bangkit menjadi bangsa dan negara yang bersar.
Alhamdulillahirrobbil ‘alamiin. Hari ini 76 tahun Indonesia Merdeka..!
Salam teriring shalawat kepada Baginda Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah meletakkan dasar kemerdekaan dan hak hidup bagi manusia di atas muka bumi. Citra hak asasi itu diletakkan menjadi citra kalbu (hati) setiap insan yang taat kepada Allah SWT. Itu menjadi semangat besar dari para pejuang kemerdekaan Indonesia yang telah mereka tulis dengan tinta emas untuk generasi bangsa yang tidak menyaksikan perjuangan mereka. Tidak melihat perjuangan mereka. Tapi tinta emas itu dapat dibaca, didengar, dan dilihat. Baik di kelas, di kampus, di internet, maupun di dinding-dinding bangsa dan negara ini.
Mereka mengatakan kepada kita semua: berkat Allah Yang Maha Kuasa didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas. Perjuangan itu menghasilkan rahmat Allah berupa kemerdekaan. Pada tanggal 9 Ramadhan 1364 Hijriyah bertepatan dengan hari Jum’at, 17 Agustus 1945, nilai rahmati itu mendorong mereka di saat pintu Ramadhan masih terbuka. Dan, rahmat itu menghadirkan Indonesia hari ini.
Walau dalam perjalanan sudah 1 tahun 8 bulan masyrakat Indonesia dan dunia di uji dengan pandemi, yang hari ini masih ada di hati dan masyarkat kita. Maka, di hari kemerdekaan ini, kita harus merdeka dari segalanya.
Merdeka dari virus
Merdeka dari penjajah
Merdeka dari kemiskinan
Medeka dari kebodohan
Merdeka dari keterbelakangan
Oleh karena, Allah SWTmemberikan keberkahan kepada bangsa kita.
Tidak boleh lagi bangsa ini dibodohi, dimiskinkan, diterlantarkan. Karena pejuang bangsa ini telah meletakkan bangsa untuk anak generasi dari Sabang sampai Merauke.
Dengar baik-baik ucapan ini. Ini ucapan kemerdekaan. Ucapan kebangkitan yang harus ada pada diri seluruh anak bangsa Indonesia bahwa negara ini milik tumpah darah dari anak bangsa Indonesia. Walau Ibu Pertiwi menangis, walau Ibu Pertiwi tersiksa, tapi anak-anaknya terus bangkit di tengah-tengah kemerdekaan ini untuk mengatakan: “Aku adalah anakmu. Aku adalah warga negaramu. Aku adalah masyarakatmu. Ingin menghiburmu,wahai Ibu Pertiwi. Ditengah-tengah kehidupan itu.”
WAHAI GENERASI MUDA,, terkhusus anak-anak Pondok Pesantren Nuu Waar. Ingat Puisi dari Timur Indonesia: Indonesia Tumbuh, Indonesia Bangkit.
Biarkan saja orang berkata
Aku hitam, keriting rambut
Biarkan saja orang berkata
Aku tertinggal, terbelakang
Biarkan saja orang berkata
Aku bodoh
Biarkan saja orang berkata
Aku Telanjang
Biarkan saja orang berkata
Aku Malas
Biarkan saja orang berkata apa yang ia katakan
Sesungguhnya itu adalah motivasi terbaik untuk aku bangkit
Aku akan menjadi matahari Indonesia
Aku suatu saat akan menjadi cahaya untuk semua
Cahaya itu adalah Indonesia Emas
Maka tidak boleh satu pun yang menyerang di Hari Kemerdekaan ini. Busungkan dada kita semua bahwa nilai-nilai bara dari pejuang itu. Nilai-nilai leluhur yang ada di negeri ini meminta tanggung jawab, wahai generasi bangsa. Ku titipkan Indonesia kepadamu.
Para pemuda pada masa lalu mengatakan:
Kami Berbangsa Satu, Bangsa Indonesia
Kami Berbahasa Satu, Bahasa Indonesia
Bertanah Air Satu, Tanah Air Indonesia
Berdiri di Indonesia untuk Indonesia. Duduk di Indonesia untuk Indonesia. Maka, semangat dadamu adalah semangat untuk membuat Ibu Pertiwi bahagia dan tersenyum.
Bagaimana senyum itu kita lakukan? Anak-anaku yang datang dari Nuu Waar. Kalian adalah matahari bangsa. Yang setiap hari bersinar untuk Indonesia. Tapi matahari yang sesungguhnya adalah: Iqro bismi robbikalladzi khalaq.
Tanamkanlah dengan baik, bahwa dengan baca, dengan pengetahuan, dengan sumber daya manusia kita akan menyongsong Indonesia Emas. Bahkan, pundak Indonesia Emas ada di pundak-pundak kalian.
WAHAI PARA GURU,, pegang pundak Emas itu. Berilah mereka matahari, karena matahari itu mencerdaskan, mencerahkan, mengkaryakan, memberdayakan, memandirikan, membangun dan peduli untuk Indonesia tercinta. Tidak ada kata malas, tidak ada kata bodoh, tidak ada kata tertinggal, tidak ada kata terbelakang, tidak ada bicara keriting rambut. Yang ada adalah cahaya untuk negerimu, INDONESIA.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pondok Pesantren Nuu Waar
17 Agustus 2021