BEKASI, AFKNNEWS–Ustaz Utsman Abdul Malik, dai asal Fakfak, Papua Barat bertugas sebagai khatib shalat Jumat di Masjid Agung Nuu Waar Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (23/5/2025) pekan lalu.

Pada khotbahnya, Ustaz Utsman menyampaikan tentang tiga tanda cinta Allah kepada hamba. Dikatakan Ustaz Utsman, Allah adalah Dzat pemilik kasih sayang, welas, serta cinta kepada makhluknya. Terlebih lagi kepada orang beriman.

“Mereka adalah hamba yang beruntung yang dalam kehidupannya dilimpahkan dan dikaruniai cinta Allah. Sebab tidak ada kenikmatan paling besar bagi seorang mukmin melebihi apa pun baik do dunia dan di akhirat dibanding nikmat cinta dan ridha dari Allah Ta’ala,” ungkap Ustaz Utsman kepada jemaah shalat Jumat.

Menurut Ustaz Utsman, da tiga tanda cinta Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-Nya. Pertama, mendekatkan hamba-Nya dengan Islam dan memudahkannya dalam melaksanakan ketaatan.

Satu di antara tanda cinta Allah kepada hamba-Nya adalah dengan memberikan kemudahan hamba-Nya untuk melakukan amal saleh, memberikan hidayah kepadanya supaya senantiasa berada dalam keistiqamahan di atas Islam dan kebaikan di sisa umurnya. Jadi, cinta-Nya bukan hanya dinilai dari kemudahan duniawi berupa harta dan benda yang berlimpah ruah.

“Oleh sebab itu, sekalipun seorang hamba miskin papa namun mudah baginya untuk melaksanakan ketaatan, itulah tanda Allah mencintainya. Namun sebaliknya, ketika seorang hamba bergelimang harta namun malah menjadikannya jauh dari penghambaan kepada-Nya, bisa jadi itu adalah murka yang ditangguhkan,” jelas Ustaz Utsman.

Ustaz Utsman lantas mengutip sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, hadits riwayat Ahmad no. 3672,

إِنَّ اللّٰهَ عَزَّ وَجَلَّ يُعْطِي الدُّنْيَا مَنْ يُحِبُّ وَمَنْ لَا يُحِبُّ، وَلَا يُعْطِي الدِّيْنَ إِلَّا لِمَنْ أَحَبَّ، فَمَنْ أَعْطَاهُ اللّٰهُ الدِّيْنَ فَقَدْ أَحَبَّهُ.

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala akan memberikan dunia kepada orang yang dicintai dan tidak dicintai. Akan tetapi, Allah tidak memberikan Islam kecuali kepada orang yang dicintai saja. Maka siapa pun yang diberikan agama Islam berarti dia adalah hamba yang dicintai Allah.”

Kemudian sabdaRasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, hadits riwayat Imam Ahmad no. 21949,

إِذَا أَرَادَ اللّٰهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اِسْتَعْمَلَهُ، قِيْلَ: وَمَا اِسْتَعْمَلَهُ؟ قَالَ: يُفْتَحُ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ بَيْنَ يَدَيْ مَوْتِهِ حَتَّى يَرْضَى عَنْهُ مَنْ حَوْلَهُ.

“Apabila Allah menghendaki kebaikan (mencintai) seorang hamba, Allah jadikan ia beramal.” Para sahabat bertanya,“Apa yang dimaksud dijadikan dia beramal?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,“Dibukakan untuknya amalan shalih sebelum meninggal, hingga orang-orang yang berada di sekitarnya ridha kepadanya.”

“Bersyukur bahwa kita hari ini dipermudah untuk mengejarkan shalat jamaah, membaca al-Quran, bersedekah, juga menuntut ilmu,” ujar dai AFKN ini.

Secara khusus Rasulullah bersabda, sebagaimana dalam hadits riwayat al-Bukhari dan Muslim,

مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ

“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah, maka Allah akan membuatnya paham tentang agamanya.”

Lantas, Ustaz Utsman melanjutkan tanda kedua, yakni memberikan ujian keimanan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلَاءِ، وَإِنَّ اللّٰهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا اِبْتَلَاهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السُّخْطُ.

“Sesungguhnya besaran pahala itu sesuai dengan besarnya cobaan. Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala jika mencintai hamba-Nya, maka Allah Ta’ala akan memberikan cobaan kepada hamba tersebut. Ketika hamba itu ridha dengan ujian dari Allah tersebut, maka Allah juga ridha kepadanya. Namun jika hamba tersebut marah, maka Allah juga marah kepadanya.” (Shahih al-Jami’, 2110)

“Mengapa Allah menguji hamba-Nya padahal ia adalah seorang yang beriman?” tanya Ustaz Utsman.

Jawabannya agar para hamba-Nya tersebut mendapat pahala bersabar yang tiada batas; innama yuwaffa ash-shabiruna ajrahum bighairi hisab. Semakin besar cobaan, semakin besar rasa sabar, dan semakin tidak terbatas pahala yang Allah limpahkan kepada hamba-Nya.

“Tahukah kita bahwa para nabi adalah manusia yang paling besar ujiannya; asyadunnaasi bala-an. Padahal merekalah manusia yang paling kuat dan besar keimanannya kepada Allah, sebut saja Nabi Muhammad, Ibrahim, Musa, Isa, dan Nuh alahimus shalatu wasallam,” ujar Ustaz Utsman.

Ustaz Utsman melanjutkan tanda ketiga. Yakni menegur dan menyegerakan hukumannya di dunia

“Tidak semua hukuman itu adalah bukti murka dan marah, sebagaimana Allah menghukum dan menegur hamba di dunia ketika ia bersalah dan berbuat dosa, melainkan Allah menghukum hamba-Nya di dunia adalah bukti cinta-Nya,” ungkap Ustaz muda ini.

Mengapa demikian? Sebab Allah Yang Maha Pengasih tidak ingin mendapati hamba-Nya disiksa di akhirat. Hal mana hukuman seberat apa pun di dunia jelas tidak ada bandingannya dengan siksa di akhirat. Ini merupakan sebentuk tanda cinta Allah kepada hamba-Nya.

Pada akhir penjelasan, Ustaz Utsman menyampaikan perkataan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hadits riwayat at-Tirmidzi no. 2396,

إِذَا أَرَادَ اللّٰهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوْبَةَ فِي الدُّنْيَا وَإِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ.

“Apabila Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Allah menyegerakan hukuman untuknya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan bagi hamba-Nya, Allah menahan adzab baginya akibat dosanya, sampai Allah memberikan adzab secara penuh pada hari Kiamat.”