BEKASI, AFKNNEWS—Khotbah shalat Jumat di Masjid Agung Nuu Waar Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (28/2/2025) mengangkat tema “Membangun Semangat Cinta Ramadan”. Khotbah Jumat disampaikan Ketua DKM Masjid Agung Nuu Waar Ustaz Abdul Qodir.
Ustaz Abdul Qodir mengatakan saat menyambut Ramadan, ada yang bergembira dengan kehadiran bulan suci ini. Ada pula yang biasa-biasa saja. Syaban dan Ramadhan dinilai tak jauh berbeda dari bulan-bulan lainnya. “Sikap kedua ini menunjukkan tidak sensitifnya hati kita kepada kemuliaan-kemuliaan waktu khusus yang tertuang dalam ajaran Islam,” ungkap Ustaz Abdul Qodir.
Menurut Ustaz Abdul Qodir, umumnya, suasana “biasa saja” itu bukan karena sikap ingkar melainkan karena terlalu padatnya kehidupan seseorang dengan aktivitas duniawi. Sehingga menganggap perjalanan bulan Rajab, Sya’ban, dan kemudian Ramadan hanya sekadar rutinitas belaka.
Sementara Islam dan para ulama begitu memuliakan bulan-bulan tersebut. Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumid-Din menyebut adanya hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu.
“Terkait siklus bulanan, Imam Al-Ghazali memasukkan bulan Sya’ban ke dalam kategori bulan-bulan utama (al-asyhur al-fadhilah) di samping Rajab, Dzulhijjah, dan Muharram,” jelas Ustaz Abdul Qodir.
Ramadan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya. Rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya. Namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya tapi tidak mengambil sesuatu darinya, yakni dengan menggunakannya sebagai momen meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
“Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya dalam rangka menyambut bulan yang penuh berkah tersebut, sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah,” kata Ustaz Abdul Qodir.

Dijelaskan Ustaz Abdul Qodir, sebagai wujud kesungguhan menyambut tamu istimewa ini dan sebagai bukti keseriusan dalam memuliakannya, tentunya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya. antaranya.
Pertama, menyambut bulan Ramadan dengan bersegera bertobat dan meninggalkan maksiat. Mari kita sambut bulan Ramadhan yang mulia kali ini dengan memperbanyak tobat yang sebenarnya dan kembali kepada Allah Ta’ala, menyesali dan mengakui akan keburukan diri-diri kita.
Jika permulaan Ramadhan dimulai dengan tobat nasuha maka jiwa akan bersih dan hati akan suci sehingga ia siap menghantarkan pada sebaik baik pelaksanaan ibadah dan keberuntungan yang besar. Ustaz Abdul Qodir mengutip surat An-Nur ayat 31.
نوحلفت مُلعل نونمؤملا اهيأ اعيمج لِلّا لَإ اوبوتو
“Bertobatlah segera kalian semua wahai orang-orang beriman, agar supaya kalian mendapatkan keberuntungan.” (QS. An-Nur: 31).
Kedua, menyambut bulan Ramadhan dengan penuh bahagia dan gembira. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kabar gembira kepada para sahabatnya tentang hadirnya bulan Ramadan.
Ketiga, memperbanyak amalan sunnah seperti membaca Al-Quran, berdzikir, beristighfar, shalat dhuha, shalat tahajud dan witir, serta bersedekah.
“Untuk mampu melakukan hal itu semua dengan ringan dan istiqamah, kita perlu banyak berlatih. Di sinilah bulan Rajab dan Sya’ban menempati posisi yang sangat urgen sebagai waktu yang tepat untuk,” ujar Ustaz Abdul Qodir.
Keempat, menyempurnakan ibadah dan amal, yaitu dengan mendalami ilmu yang terkait dengan ibadah dan amaliah Ramadan. Puasa Ramadan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Ibadah puasa mempunyai ketentuan dan aturan yang harus dipenuhi agar sah dan sempurna. Sesuatu yang menjadi prasyarat suatu ibadah wajib, maka wajib memenuhinya dan wajib mempelajarinya. Ilmu tentang ketentuan puasa atau yang sering disebut dengan fikih puasa merupakan hal yang wajib dipelajari oleh setiap Muslim, minimal tentang hal-hal yang menjadi sah dan tidaknya puasa.
“Bulan Ramadan datang kepada kita hanya setahun sekali. Ini adalah kesempatan yang sangat jarang dan langka. Maka, manfaatkanlah kehadirannya dengan sebaik-baiknya. Bayangkanlah bahwa kesempatan ini adalah Ramadhan terakhir dalam perjalanan kehidupan kita. Kita telah tiada di Ramadan tahun depan,” ungkap Ustaz Abdul Qodir.*