BEKASI, AFKNNEWS–Shalat merupakan ibadah yang begitu istimewa. Sampai-sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala mewahyukan perintah shalat di tempat yang spesial. Di suatu tempat di atas langit ketujuh, di atas sidratul muntaha. Di suatu tempat yang tidak pernah sekali pun dilakukan kufur, syirik, dosa dan maksiat di dalamnya. Peristiwa itu disebut Miraj Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam.

Demikian poin penting khotbah shalat Jumat yang disampaikan Ustaz Safril Maulana di Masjid Agung Nuu Waar Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (10/1/2025).

Menurut Ustaz Safril, shalat kedudukannya sangat agung. Karena ia adalah amal yang paling utama setelah iman.

“Barang siapa yang menjaga dan memeliharanya, sungguh ia telah menjaga agamanya. Dan barang siapa yang terhadap shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat ia lalai, maka terhadap selain shalat, pastilah ia lebih abai,” ujar Ustaz Safril kepada jemaah.

Diungkapkan Ustaz Safril, dalam beberapa ayat Alquran shalat sering disebutkan secara beriringan dengan iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ustaz Safril menyampaikan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pada Al Baqarah ayat 277.

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ وَأَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ لَهُمۡ أَجۡرُهُمۡ
عِندَ رَبِّهِمۡ وَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala yang diberikan Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS al Baqarah: 277).

Para ulama Ahlussunnah mengatakan bahwa, jika seseorang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya atau melecehkannya, maka ia telah kafir.

“Sedangkan jika ia meninggalkannya karena malas, maka ia tidak kafir, tetapi dihukumi fasiq, pelaku dosa besar,” jelas Ustaz Safril.

Ustaz Safril mengimbau kepada jemaah agar tidak menunda-nunda shalat sampai keluar waktunya. “Janganlah kita bermalas-malasan melakukan shalat. Di dunia ini, kita bisa saja menunda jadwal perjalanan atau pekerjaan, sedangkan kematian adalah kepastian yang tidak bisa ditunda atau dibatalkan,” ujar Ustaz Safril.

“Kita selamatkan diri kita sebelum lewat waktunya. Jatah umur kita terbatas, hembusan nafas kita ada penghabisannya dan kematian bagaikan pedang yang telah terhunus di atas leher kita. Kita tidak tahu kapan ia turun dan menebas batang leher kita. Jika seseorang meninggalkan shalat, tidakkah ia malu kepada Allah yang telah menciptakannya dan menganugerahkan sekian banyak rahmat dan nikmat kepada-Nya?” lanjut Ustaz Safril.

Ustaz Safril mengutip Hadits Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Dari sahabat Jabir radliyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الصَّلَواتِ الخَمْسِ كَمَثَلِ نَهْرٍ جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ مَرَّاتٍ (رواه مسلم)

Maknanya: “Perumpamaan shalat lima waktu adalah ibarat sungai yang melimpah airnya, yang mengalir ke arah pintu rumah salah seorang di antara kalian, lalu ia mandi dari air tersebut setiap hari sebanyak lima kali.” (HR Muslim).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

رَأْسُ الأَمْرِ الإِسْلامُ، وَعَمُودُهُ الصَّلاةُ (أخرجه أحمد والنسائي والترمذي وغيرهم وقال: حديث حسن صحيح)

Maknanya: “Induk dari segala perkara adalah Islam dan tiangnya adalah shalat” (H.R. Ahmad, an-Nasa’i, at-Tirmidzi dan lain-lain. At-Tirmidzi berkata: Hadits ini hasan shahih).

Allah telah menjadikan shalat sebagai penyejuk mata dan jiwa, serta pelipur lara bagi mereka yang dirundung kesedihan. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memberikan teladan kepada kita bahwa ketika beliau sedang mengalami masa-masa sulit dan berat, beliau menghibur diri dengan mendirikan shalat (HR Ahmad dan Abu Dawud).

“Marilah kita jadikan bulan Rajab, bulan peringatan mukjizat Isra dan Miraj, sebagai momentum untuk memperbaiki kualitas shalat kita. Shalat yang berkualitas adalah shalat yang sah dan diterima oleh Allah ta’ala. Shalat seseorang dikatakan sah apabila telah memenuhi seluruh syarat sah dan rukunnya serta menjauhi semua hal yang dapat membatalkannya,” ungkap Ustaz Safril.

Namun, hadirin sekalian, shalat yang sah belum tentu diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir dalam Sullamuttaufiq menjelaskan bahwa supaya shalat kita diterima oleh Allah, selain kita harus memenuhi syarat sah dan rukunnya, kita juga harus memenuhi syarat-syarat diterimanya shalat, yaitu:

  1. Berniat ikhlash karena mengharap ridla Allah semata
  2. Makanan dan minuman yang ada di perut kita sewaktu shalat harus halal
  3. Pakaian yang kita kenakan pada saat shalat harus halal
  4. Tempat yang kita gunakan shalat harus halal
  5. Shalat yang kita lakukan harus disertai kekhusyuan, walaupun hanya sebentar. Semakin lama kadar khusyu’ kita dalam shalat, maka semakin besar pahala yang kita dapat dari Allah ta’ala
  6. Tidak ujub dengan shalat yang dilakukan. Ujub artinya apabila seseorang melihat bahwa kemampuannya menjalankan ibadah adalah keistimewaan dirinya, dan ia lalai untuk mengingat bahwa hal itu sejatinya adalah karunia dari Allah.

Ustaz Safril melanjutkan, khusyuk adalah menghadirkan dalam hati rasa takut kepada Allah, disertai rasa cinta dan pengagungan kepada-Nya.

“Khusyuk dalam shalat adalah perbuatan hati yang bisa diraih dan dilakukan dengan beberapa sebab dan cara. Di antaranya adalah memperbanyak mengingat kematian,” kata Ustaz Safril.

Ketika kita akan memulai shalat, kita berucap dalam hati: “Mungkin ini adalah shalat terakhirku, setelahnya mungkin aku tidak akan merasakan kehidupan lagi di dunia ini.”

Di antara sebab dan cara untuk menghadirkan khusyu dalam shalat juga adalah dengan merenungkan dan menghayati makna yang terkandung dalam bacaan-bacaan shalat. Ali bin al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, cicit Baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam saking khusyunya dalam menjalankan shalat, sampai-sampai suatu ketika rumah beliau terbakar pada saat beliau mendirikan shalat. Orang-orang berteriak memanggilnya, “Api wahai Ali, api wahai Ali,” namun beliau tetap kokoh tak tergoyahkan dalam shalatnya. Pada waktu selesai shalat, beliau mengatakan: “Pikiranku disibukkan dengan api akhirat daripada api kalian.”