BEKASI, AFKNNEWS–Khotbah shalat Jumat di Masjid Agung Nuu Waar Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat pada Jumat (7/3/2025) disampaikan oleh santri takhassus Muhammad Raihan.
Raihan santri kelas 10 SMAIT Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) asal Makassar, Sulawesi Selatan ini menyampaikan materi khotbah tentang tujuh keistimewaan ibadah puasa.
Dikatakan Raihan, mengutip pernyataan Imam Dhiyauddin Al-Maqdisi dalam kitabnya, Fadhailul-’A’mal, terbitan Al-Jami’ah Al-Islamiyyah, Madinah, Tahun 2010, halaman 168, menyebut sejumlah keistimewaan puasa Ramadhan.
“Pertama, ibadah puasa dibalas langsung oleh Allah. Setiap amalan bani Adam dilipatgandakan balasannya. Ada yang dilipatgandakan sepuluh kali lipat. Bahkan ada yang dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat. Dikecualikan ibadah puasa. Ia langsung mendapat balasan dari Allah,” ungkap Raihan.

Hal itu karena di dalam ibadah puasa terdapat rahasia ikhlas dan kesabaran. Demikian seperti yang disampaikan Rasulullah SAW. dalam haditsnya:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ، اَلْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي
“Setiap amalan bani Adam dilipatgandakan. Satu kebaikan dilipatgandakan sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah berfirman, ‘Dikecualikan ibadah puasa. Puasa itu untukku, sehingga aku langsung yang membalasnya. Sebab, si hamba meninggalkan syahwat dan makanannya demi-Ku.” (HR. al-Bukhari).
Bahkan, jelas Raihan, disebutkan dalam riwayat lain, tidak hanya ibadah puasa, amalan sunat di bulan Ramadhan juga dibalas seperti ibadah fardhu dan ibadah fardhu dibalas hingga tak terhingga.
Kedua, ibadah puasa diiringi ibadah malam dan lailatul qadar. Keistimewaan berikutnya, puasa Ramadhan diiringi oleh ibadah malam, terutama pada Lailatulqadar yang keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan. Siapa saja yang menunaikan ibadah malam atau qiyamullail di bulan Ramadhan disertai dengan keimanan dan keikhlasan, terutama di malam istimewa tersebut, maka ampunan atas dosa-dosa sebelumnya sebagai balasannya.
Demikian seperti yang disampaikan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.
مَنْ يَقُمْ لَيْلَةَ القَدْرِ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa yang ibadah malam pada Lailatulqadar disertai keimanan dan keikhlasan, maka diampuni untuknya dosa-dosa yang telah lalu,” (HR. Al-Bukhari).
“Ketiga, ibadah puasa sebagai perisai diri dari godaan nafsu dan syahwat,” ujar Raihan.
Sebagaimana diketahui, saat berpuasa kita diperintah meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami-istri. Makanya Rasulullah saw. menyatakan, puasa adalah perisai atau pelindung diri dari berbagai perbuatan nista dan dosa, sekaligus menjadi sarana melatih diri, menahan amarah, dan nafsu syahwat, baik yang sudah berpasangan maupun yang masih lajang.
Pantas sekali, Rasulullah SAW menganjurkan orang-orang sudah ingin sekali menikah, namun belum mampu mewujudkannya, untuk berpuasa terlebih dahulu demi mengendalikan nafsu dan syahwatnya.
وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ؛ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Namun, siapa saja yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sebab baginya puasa menjadi pemutus syahwat.” (HR. Muslim).
“Keempat, ibadah puasa mendatangkan kebahagiaan,” jelas Raihan.

Menurut Raihan, sudah masyhur di tengah kaum Muslimin bahwa ada dua kebahagiaan bagi orang yang berpuasa. Yang pertama kebahagiaan pada saat kita berbuka. Yang kedua kebahagiaan pada saat kita berjumpa dengan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Selain itu, ibadah puasa juga menjadi kebahagiaan dan kecintaan tersendiri bagi Allah. Sebab, puasa dalam arti meninggalkan makan-mimun merupakan salah satu sifat-Nya. Bahkan, bau mulutnya orang berpuasa lebih wangi di sisi-Nya dibanding minyak misik. Demikian seperti yang disabdakan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam:
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Bau mulutnya orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah dibanding aroma minyak misik,” (HR. Malik).
“Keistimewaan yang kelima, puasa mengantarkan kedekatan hamba dengan Allah dan terkabulnya doa,” ujar Raihan.
Allah swt berfirman dalam Al-Quran:
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku,” (QS. Al-Baqarah [2]: 186).
Perhatikanlah ayat di atas disebutkan setelah ayat perintah puasa, yakni ayat 185 yang artinya berbunyi, “Siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya alias tidak musafir) pada bulan itu, maka berpuasalah,” QS. Al-Baqarah [2]: 185).
Kemudian, mustajabnya doa orang yang berpuasa, selain sudah disinggung dalam ayat di atas, juga dinyatakan oleh Rasulullah dalam hadisnya:
إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
“Sesungguhnya orang yang berpuasa pada saat berbuka memiliki doa yang tak ditolak,” (HR. Ibnu Majah).
“Keenam, puasa memiliki manfaat langsung terhadap kesehatan, baik kesehatan jasmani maupun kesehatan mental,” imbuh Raihan.
Pantas Allah berfirman dalam Al-Quran:
وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
“Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui, (QS. Al-Quran [2]: 184).
Keistimewaan puasa yang satu ini juga sudah ditandaskan oleh Rasulullah saw.:
صُوْمُوا تَصِحُّوْا
“Berpuasalah, maka kalian akan sehat,” (HR. Abu Nu’aim).
Sudah banyak ilmuwan, baik ilmuwan Muslim maupun non-Muslim, yang membuktikan keistimewaan puasa yang berhubungan dengan kesehatan. Antara lain adalah (1) mengistirahatkan sebagian organ pencernaan; (2) memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak; (3) menguras zat sisa dalam usus; (4) memperbaiki sistem penyerapan zat makanan; (5) menormalkan sistem pembuangan zat sisa tubuh; (6) mengatasi diabetes dan obesitas. Dan masih banyak lagi manfaat lainnya.
“Ketujuh, ibadah puasa mengantarkan pelakunya ke dalam surga,” kata Raihan.
Sesungguhnya, puncak pencapaian ibadah seorang hamba adalah ridha Allah dan balasan surga. Dan ibadah puasa merupakan salah satu ibadah yang bisa mengantarkannya. Di akhirat, khusus bagi orang yang berpuasa akan dibukakan pintu surga yang bernama pintu “ar-Rayyan”.
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ بَابًا يُقَالُ لَهُ الرَّيَّانُ، يَدْخُلُونَ مِنْهُ الصَّائِمُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةَ
“Di surga itu, ada satu pintu yang disebut dengan pintu “ar-Rayyan”. Dari pintu itu orang-orang yang berpuasa masuk surga pada hari Kiamat. (HR. Al-Bukhari-Muslim).*