BEKASI, AFKNNEWS–Woukouf, terapi raja-raja Irian terdahulu yang dipopulerkan Ustaz MZ Fadzlan Rabbani Garamatan semakin dikenal masyarakat luas.

Secara makna, woukouf berarti memanaskan tubuh dengan uap panas yang diramu dengan rebusan 75 macam rempah yang didatangkan dari Papua. Penguapan dilakukan di bilik-bilik bambu yang sudah disiapkan beberapa kursi.

Lapisan masyarakat telah merasakan manfaat dan faedah dari terapi woukouf. Jadwal terapi secara rutin dilaksanakan di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Pada Sabtu (26/4/2025), sejumlah pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, MUI Ciracas dan puluhan masyarakat lainnya mengikuti terapi woukouf di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Peserta masuk ke dalam bilik. Peserta duduk mengelilingi panci besar yang berisi rebusan 75 rempah Papua.

Bacaan Al-Qur’an, takbir, serta shalawat mengiringi proses penguapan. Para peserta diminta membuka mata dan menghirup dalam-dalam kepulan asap ramuan. Proses penguapan di dalam bilik berlangsung selama 33 menit.

Selama proses penguapan, setiap peserta mengeluarkan keringat bercucuran dari seluruh tubuh. Terapi woukouf bermanfaat untuk berbagai macam penyakit.

Sekretaris Jenderal MUI Pusat KH Buya Amirsyah Tambunan turut serta mengikuti terapi woukouf. Buya mengaku sudah beberapa kali mengikuti terapi woukouf.

“Saya sendiri ikut terapi ini sejak Covid, tahun 2020. Saya termasuk gemar terapi tradisional,” ujar Buya sesaat setelah terapi.

Buya Amirsyah berharap, terapi woukouf bisa menjadi media dakwah. Juga berharap dapat meningkatkan kesejahteraan pondok pesantren.

Sementara itu, Ketua MUI Kecamatan Ciracas Ustaz Anwar Islam turut pula merasakan manfaat terapi woukouf. Terapi ini bermanfaat untuk kesehatan dan kebugaran tubuh.

“Sangat bermanfaat,” ujar Ustaz Anwar Islam.

MUI Ciracas, jelas Ustaz Anwar, mendukung program dakwah Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN. “Kami terus sosialisasikan ke wilayah Ciracas. Termasuk soal terapi dan juga dakwah di Papua,” ungkap Ustaz Anwar.

Selain Buya Amirsyah dan pengurus MUI Ciracas, pada kesempatan ini Ketua LDK MUI Ustaz Abu Deedat turut mengikuti terapi woukouf.

Selepas terapi, seluruh peserta menikmati hidangan khas Papua. Kiai Fadzlan Garamatan menyebutnya sebagai terapi “tusuk perut”.*