BEKASI, AFKNNEWS–Ghefira Fajaria (19), santri putri asal Sorong, Papua Barat merasa senang menjalani masa pengabdian selama setahun di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.
Ghefira yang baru lulus SMA tahun ini memang diwajibkan mengikuti program santri pengabdian di Ponpes Nuu Waar AFKN.
Program ini ditujukan bagi seluruh santri yang baru saja lulus kelas 12 SMA. Adapun tugasnya beragam. Ada yang bertugas di dapur. Ada yang bertugas mengajar. Ada pula yang bertugas di asrama.
Ghefira mendapat tugas membantu mengajar santri tingkat SD. “Tugas kita mengajar adik-adik mengaji di halaqah. Terus kita mengajar sesuai jam kita masing-masing,” ujar Ghefira, Rabu (20/11/2024).
Ghefira mengajar mulai pukul tujuh pagi hingga siang hari. Selama mendapat tugas ini, Ghefira merasakan pengalaman baru.
Ghefira merasa mengajar itu butuh kesiapan. Kesabaran. Santri yang diajarkan memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda.
“Sulitnya itu kadang belajar mereka sulit masuk otak. Ada yang sulit diatur. Ada yang mengaji masih terbata-bata,” ujar Ghefira.
Ghefira dituntut untuk menahan emosi. Ia berupaya tidak memarahi adik-adik santri. Pengalaman mengajar ini sangat bermanfaat untuk bekal masa depan.
Setelah masa pengabdian, Ghefira berencana kuliah jurusan tarbiyah di kampus Jakarta. Ia bercita-cita menjadi guru.
Lima tahun Ghefira belajar di Ponpes Nuu Waar Pimpinan KH MZ Fadzlan Rabbani Garamatan. Ia sangat terkesan dengan suasana belajar di Ponpes Nuu Waar.
“Kesannya, alhamdulillah bisa bertemu ayahanda Fadzlan yang baik hati. Terus bisa ketemu teman-teman dari daerah lain. Bisa belajar tentang budaya daerah dan makanan khasnya. Belajar bahasa daerah juga,” jelas anak bungsu dari tiga bersaudara ini.
Sementara itu, Hazmi Afidha Rumuar (17) santri pengabdian yang mendapat tugas di dapur. Santri asal Seram Bagian Timur (SBT) Maluku ini bertugas membantu mengelola dapur.
Di bagian dapur, santri pengabdian berjumlah 14 orang dan dibagi tiga kelompok. “Ada yang tugasnya bersih-bersih. Ada yang potong sayur. Ada yang bagikan makanan,” ujar Hazmi.
Masing-masing kelompok mendapat jadwal penugasan. Jika hari ini bertugas memotong sayur, maka besok bertugas bersih-bersih dapur dan alat makan. Kemudian lusa bertugas membagikan makan ke ratusan santri.
Tentu tugas pengabdian dapat menjadi bekal untuk masa depan. “Agar setelah keluar dari pondok biar tau masak. Biar terbiasa masak. Karena selama belajar di sini jadi santri belum pernah masak,” jelas Hazmi.
Selepas masa pengabdian, Hazmi berkeinginan melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Alasan kuliah di sana karena suasananya nyaman.
“Saya ingin jadi perawat,” kata anak pertama dari tiga bersaudara ini.
Hazmi berharap bisa menjadi pribadi sukses. “Mudah-mudahan bisa sukses. Bisa jadi santri yang membawa nama baik pondok. Sehingga banyak yang ingin belajar di sini,” ujar Hazmi.*