BEKASI, AFKNNEWS–Masjid Agung Nuu Waar Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat menyelenggarakan shalat Jumat terakhir di tahun 2024. Khotbah shalat Jumat edisi Jumat terakhir 27 Desember 2024 disampaikan oleh Mudir Pondok Pesantren Nuu Waar Ustaz Abdul Khaliq, SQ, MA.
Pada kesempatan ini, Ustaz Khaliq menyampaikan tentang muhasabah akhir tahun. Ustaz Khaliq mengatakan bahwa dunia ada batas akhirnya dan mengingatkan manusia untuk selalu muhasabah diri untuk bertaubat dari hari ke hari.
Menurut Ustaz Khaliq, menyambut pergantian tahun seringkali masyarakat mengisi dengan berbagai macam hiburan. “Hiburan tahun baru sudah menjadi budaya di masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu karena momentum tahun baru adalah peristiwa tahunan yang dianggap spesial,” ungkap Ustaz Khaliq.
Kendati demikian, sudah banyak pergeseran yang dilakukan masyarakat muslim Indonesia dalam menyambut pergantian tahun Masehi. Yakni dengan melakukan tabligh akbar, muhasabah akhir tahun, dan lain sebagainya.
“Merayakan tahun baru dengan berbagai hiburan yang positif dan bukan maksiat sebetulnya diperbolehkan sebagai ungkapan rasa bahagia telah diberikan umur panjang dapat bertemu dengan tahun baru. Akan tetapi alangkah baiknya jika diisi dengan berbagai kegiatan positif dan bermanfaat seperti muhasabah atau introspeksi, berbagi kebahagiaan dengan memberikan sesuatu kepada orang yang tidak punya, bertobat, dan lain sebagainya,” urai Ustaz Khaliq.
Ustaz Khaliq menekankan perlunya bertobat. Karena sebagai manusia, pasti memiliki kesalahan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja sepanjang satu tahun.
“Tobat adalah permintaan maaf kepada Allah yang disertai dengan penyesalan atas perbuatan salah dan tekad untuk tidak mengulanginya di kemudian hari,” jelas Ustaz Khaliq.
Perintah tobat tertuang dalam surat At-Tahrim ayat 8
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”
Menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim/Tafsir Ibnu Katsir dengan mengutip pendapat para ulama terdahulu seperti Abul Ahwash, bahwa makna tobat nasuha atau tobat yang sungguh-sungguh adalah meninggalkan kesalahan yang pernah dilakukan dan tidak akan melakukannya lagi selamanya.
أَنْ يَتُوبَ الرَّجُلُ مِنَ الْعَمَلِ السَّيِّئِ، ثُمَّ لَا يَعُودُ إِلَيْهِ أَبَدًا
“Seorang Muslim bertobat dari perbuatan buruk, kemudian tidak melakukannya kembali selamanya.”
“Konsep tobat nasuha ini selaras dengan tahun baru yang sering diidentikkan dengan momentum resolusi diri dengan merencanakan target-target satu tahun ke depan dan mengevaluasi capaian-capaian satu tahun ke belakang,” ujar Ustaz Khaliq.
Artinya, lanjut Ustaz Khaliq, dalam aspek ibadah, seorang Muslim juga harus memiliki resolusi peningkatan amal baik dan pencegahan amal buruk yang sudah dilakukan satu tahun ke belakang untuk perbaikan di tahun yang akan datang.
Menurut Ustaz Khaliq, tahun baru adalah pergantian waktu yang berulang setiap tahun. Pergantian waktu juga terjadi pada setiap bulan, pekan, hari, jam, menit, dan detik. Nabi mengajarkan bertobat dengan membaca istighfar di setiap pergantian waktu, tepatnya setiap hari. Hal ini dikutip oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim, juz 4, halaman 2075:
إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِي، وَإِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ، فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Sesungguhnya hatiku merasakan getaran ketakutan kepada Allah. Sesungguhnya aku beristighfar kepada Allah seratus kali dalam satu hari.”
Dalam riwayat lain, Nabi juga beristighfar dan bertobat kepada Allah setiap hari.
Seperti di jelaskan oleh Imam Al-Bukhari dalam kitab Shaihul Bukhari, juz 8, halaman 67:
وَاللَّهِ إِنِّي لَأَسْتَغْفِرُ اللهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِي اليَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً
“Demi Allah, aku beristighfar kepada Allah dan bertobat lebih dari tujuh puluh kali dalam satu hari.”
Imam Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fathul Bari, juz 11, halaman 101 mengutip pendapat imam Ibnu al-Baththal bahwa tobatnya Nabi adalah bentuk syukur kepada Allah yang telah memberikan nikmat makrifat atau mengenal Allah, meskipun masih memiliki kekurangan. Beliau berkata:
الْأَنْبِيَاءُ أَشَدُّ النَّاسِ اجْتِهَادًا فِي الْعِبَادَةِ لِمَا أَعْطَاهُمُ اللهُ تَعَالَى مِنَ الْمَعْرِفَةِ فَهُمْ دَائِبُونَ فِي شُكْرِهِ مُعْتَرِفُونَ لَهُ بِالتَّقْصِيرِ
“Para Nabi adalah orang yang paling gigih dalam beribadah karna limpahan nikmat makrifat atau mengenal Allah yang telah diberikan kepada mereka, sehingga mereka selalu bersyukur kepada Allah sebagai pengakuan ata kekurangan diri yang dimiliki.”
“Tobat dan istighfar yang dilakukan secara periodik waktu seperti setiap hari atau setiap tahun merupakan upaya peningkatan diri dari kekurangan yang dilakukan sebelumnya,” ungkap Ustaz Khaliq.
Sebagai seorang hamba biasa, kata Ustaz Khaliq, seorang Muslim harus selalu berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki kualitas diri di hadapan Allah yang telah memberikan berbagai macam nikmat. Salah satu hal yang dilakukan adalah bertobat atas segala kesalahan yang dilakukan satu tahun ke belakang sebagai bentuk pengakuan kekurangan diri, serta tekad kuat untuk memperbaiki diri.
“Kita membuka tahu baru dengan lembaran baru yang bersih dari segala dosa dan noda,” tegas Ustaz Khaliq.
Dalam khotbahnya, Ustaz Khaliq berharap jemaah shalat Jumat menjadikan tahun baru sebagai momentum peningkatan diri.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Pertama, bertobat yang diartikan dalam bentuk meninggalkan kesalahan yang sudah kita lakukan setahun belakang dan meningkatkan segala kekurangan yang kita lakukan sebelumnya. Sehingga kita menjadi pribadi yang lebih baik di tahun mendatang.
Kedua, muhasabah diri dari waktu ke waktu.
Ketiga, mensyukuri nikmat dalam segala keadaan.
Keempat, hiburan dengan khataman Alqur’an.
Kelima, selau berniat yang baik dalam segala keadaan.
“Pada prinsipnya setiap mukmin/mukminat yang selalu muhasabah diri dengan bertobat kepada-Nya akan menjadikan setiap momentum akhir tahun ini harus lebih baik dari tahun kemarin. Tahun besok harus lebih baik dari tahun Ini dan tentunya lebih baik dari hari ke hari,” demikian disampaikan Ustaz Khaliq.*