Selang satu hari kelahirannya ke-31, Siti Werfete kembali menghadap Allah SWT untuk selamanya. Selama dua tahun ia merasakan sakit yang berkepanjangan, hari itu, tepatnya tanggal 16 September 2020, Siwer tak akan pernah lagi merasakan sakit itu. Allah Taála Sang penggenggam jiwa makhluk menutup usianya.

Wanita yang biasa disapa Siwer ini merupakan anak keempat dari lima bersaudara. Putri dari Marhaban Werfete dan Hamidah Werfete ini lahir di Kabupaten Kaimana, Papua Barat, 15 September 1989.Ia bergabung di Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) pada tahun 2013. Memulai aktivitas sebagai seorang mahasiswi dan aktif dalam kegiatan Ponpes Nuuwaar. Untuk mengisi waktu selama berada pondok pesantren Nuu Waar, Siwer diberikan tanggung jawab menjadi Koordinator Asrama Santri Akhwat sejak tahun 2016-2018. Siwer merupakan sosok senior yang sangat baik, penyayang dan sangat rajin, terutama kepada adik-adik santri akhwat. 

Pada tahun 2018, ia berhasil menyelesaikan kuliahnya di STIE KAWLAH jurusan ekonomi syariah. Lulus dengan gelar terbaiknya Sarjana Ekonomi. Setelah mengikuti seluruh prosedur kelulusan, akhirnya siwer memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya untuk mengabdi dan meneruskan, bergabung bersama Alumni AFKN untuk mencerdaskan dan mencerahkan Kaimana dengan membawa bendera AFKN.

Siti Werfete bersama salah satu sahabatnya saat masih di Pondok Pesantren Nuu Waar

Almarhumah berjuang melawan sakit yang diderita. Salah satu orang terdekat mengungkapkan bahwa almarhumah selalu berkata, “Kita ini memang orang miskin, tidak punya apa-apa. Tapi kita harus buktikan kepada orang bahwa kita bisa dan mampu untuk mencapai cita-cita salah satunya dengan lulus sarjana. Kita harus buat bangga Yayasan Al Fatih Kaaffah Nusantara, buat bangga Ayahanda Ustadz Fadlan Garamatan dan Ummi Sri Ratu Fiftin Irjani, dan buat bangga kedua orang tua kita di kampung.

AFKN Mengembalikan Jaridirinya

Almarhumah sudah mulai mengenal dunia alam yang keras dengan berbagai pekerjaan untuk membantu ekonomi keluarga, membiayai sekolah, serta kebutuhan hidup seadanya.

Di masa anak-anak sudah mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan layaknya orang dewasa. Kehidupan almarhumah menyesuaikan alam sekitarnya. Di kala cuaca laut tenang ia bersama ibu dan atau saudara sadarinya harus menelusuri laut untuk mencari ikan kerang dan lainnya. Di kala ubi, sayur, buah, dan lainnya di kebun sudah mau panen ia beralih ke kebun untuk mengambil hasil kebun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya bersama keluarga dan lebihnya dijual di pasar sebagaimana layaknya penjual musiman.

Di usia SD dan SMP, almarhumah tumbuh dengan kondisi kehidupan yang sangat keras pekerjaan layaknya laki-laki. Ia bisa memetik dan memanjat pohon kelapa yang tingginya mencapai 10 -15 meter. Kegigihan ia bersama keluarga untuk menjalani hidup sangat luar biasa.

Ketua AFKN Kaimana, Muhammad Karet menuturkan merasa terharu ketika menyaksikan wanita itu melangkahkan kaki memanjat pohon kepala. “Bagaimana mungkin seorang anak gadis bisa melakukan hal itu,” gumam M Karet.

Sejak itu, AFKN Kaimana yang juga sebagai keluarganya mengajaknya untuk melanjutkan Pendidikan S1 Di pondok Pesantren Nuu Waar di Bekasi, Jawa Barat.

Alhamdulillah, kata M Karet, setelah di pesantren semua kebiasaan di kampung berubah drastris. Ia laksana Muslimah sejat. Bahkan setelah pulang kuliah dan kembali ke kampung halaman, M Karet memintanya untuk mengambilkan kelapa di pohonnya. “Adik Siti, petik Abang kelapa muda kah,” pinta M Karet.

Ketika itu, ia berkata, “Abang, adik sudah tak pantas lakukan hal itu.”

AFKN, kata M Karet, mengubahnya dari wanita berkarakter keras laksana lelaki mengembalikan jati dirinya sebagai wanita Muslimah yang kuat. Semoga almarhumah wafat dalam keadaan husnul khatimah. Allah SWT ganjar kebaikan segala kiprahnya dalam membantu dakwah bersama AFKN Kaimana. Aamiin yaa robbal ‘alamiin.  

Allahummaghfirlah warhamha wa’afiha wa’fuanha.