BEKASI, AFKNNEWS–Usianya sudah 15 tahun, tetapi Muhammad Ali Bakri masih berstatus santri kelas 2 SD di Pondok Pesantren Nuu Waar Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) Setu, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Normalnya, remaja seusia Ali Bakri duduk di sekolah menengah pertama (SMP) atau sekolah menengah atas (SMA). Namun ada peristiwa yang membuat Ali masih duduk di kelas 2 SD.

Saat masih di Fakfak, Papua Barat, Ali kecil sempat bersekolah SD. Namun, Ali terlibat perkelahian dengan anak seorang guru di sekolahnya. Hingga menyebabkan anak guru itu luka.

Ali pun diberhentikan oleh sekolah. Setelah kasus itu, Ali enggan sekolah kembali.

Beberapa tahun kemudian, tepat usia 15 tahun, semangat untuk belajar di sekolah kembali tumbuh.

“Saya ingin sekolah lagi. Saya ingin berubah,” kata Ali, Sabtu (31/8/2024).

Ketika ditemui di Masjid Agung Nuu Waar, Ali menyampaikan tekadnya. Ia ingin berubah menjadi orang baik.

Manakala ada informasi penerimaan santri baru di Ponpes Nuu Waar AFKN, Ali pun tidak menyia-yiakan kesempatan.

Ali memutuskan merantau ke Tanah Jawa untuk berubah menjadi orang baik. “Keinginan sendiri belajar di Pulau Jawa. Saya sangat senang bisa kembali sekolah,” ujar Ali.

Ali tiba dari Fakfak di Ponpes Nuu Waar pada pertengahan Juli 2024. Karena terakhir kali di Fakfak ia duduk di kelas dua SD, ia pun melanjutkannya di Ponpes Nuu Waar.

“Di sini (Nuu Waar) saya tetap kelas dua SD,” ujar Ali.

Ali tidak malu berteman dengan santri sekelasnya yang berusia jauh lebih muda. “Saya hanya ingin berubah. Ingin jadi orang baik,” kata Ali yang baru Iqra satu.

Diceritakan Ali, awal-awal masuk ia menerima beberapa perundungan (bully) dari teman-temannya. Namun ia berusaha sabar. Ia tidak ingin masuk ke lubang yang sama manakala ia terlibat perkelahian dengan anak guru di Fakfak.

“Saya tidak mau melawan,” ujar Ali.

Ali mengaku betah belajar di Ponpes Nuu Waar. Apalagi belajar di Ponpes binaan KH MZ Fadzlan R Garamatan ini tidak dipungut biaya se-sen pun.

“Betah di sini. Makanan gratis, pakaian gratis, sendal gratis, sabun juga gratis,” ungkap Ali.

Ali bercita-cita ingin jadi ustaz. Harapannya ia ingin membuat bahagia kedua orangtua.

“Ingin jadi ustaz. Ingin kasih orangtua bahagia. Jika orangtua meninggal, bisa memandikan. Bisa kasih baca-baca,” harap Ali.

Kisah Muhammad Ali Bakri mendapat apresiasi Mudir Ponpes Nuu Waar Ustaz Abdul Khaliq, SQ, MA. Menurut Ustaz Khaliq, Ponpes Nuu Waar tidak membatasi calon santri yang memiliki masa lalu kelam.

Mudir Ponpes Nuu Waar AFKN, Ustaz Abdul Khaliq, SQ, MA

“Pimpinan kami tidak pernah menolak mereka yang ingin belajar di Nuu Waar dan memiliki tekad untuk hijrah. Yang penting punya keinginan belajar dan berubah,” ungkap Ustaz Khaliq.

Karena, jelas Ustaz Khaliq, barangkali ketika belajar di Nuu Waar menjadi wasilah mereka untuk mendapatkan hidayah.

“Kami tidak pernah menutup pintu. Pintu terbuka lebar bagi mereka yang ingin belajar dan memperbaiki diri,” kata Ustaz Khaliq.

Untuk diketahui, Pesantren Nuu Waar AFKN yang didirikan dai pedalaman asal Fakfak, Papua Barat KH MZ Fadzlan R Garamatan memberikan beasiswa penuh kepada para santri dan santriwati dari kawasan timur Indonesia. Pesantren Nuu Waar AFKN fokus pada program Tahfidz Quran yang nantinya para santri selesai lulus kembali ke kampung halaman untuk berdakwah Alquran.

Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi pada program pendidikan Pondok Pesantren Nuu Waar AFKN bisa mendonasikan ke Bank Syariah Indonesia (BSI) atas nama Al Fatih Kaaffah Nusantara (AFKN) dengan nomor rekening: 7733-777-707 (zakat), 7779-111-177 (infak), dan 7700-997-717 (wakaf).

Untuk konfirmasi donasi melalui WhatsApp di 0813-9967-9977.*